....apa guna kita memiliki sekian ratus ribu alumni sekolah yang cerdas, tetapi massa rakyat dibiarkan bodoh? Segeralah kaum sekolah itu pasti akan menjadi penjajah rakyat dengan modal kepintarannya.” (Y.B Mangunwijaya)
Petikan kalimat itu tampaknya menarik untuk disimak oleh para petinggi kampus dan dosen pengajar di universitas ini. Sebab, akhir-akhir ini kondisi sosial ekonomi daerah dan bangsa kian terpuruk. Keterpurukan itu bukan semata-semata karena kekuatan ideologi liberal-kapitalis yang menggerogoti tetapi juga karena perilaku dan tindakan anak negeri sendiri yang menindas dan eksploitatif.
Universitas sebagai lembaga pendidikan tinggi harus menjawab permasalahan tersebut. Peran universitas bukan lagi semata-mata memproduksi generasi yang berilmu tetapi berkarakter dan berbudaya. Kegiatan akademik sejatinya bukan hanya upaya transfer ilmu tetapi transformasi nilai budaya. Sinergi antara budaya kearifan lokal dan budaya akademik merupakan sesuatu yang ideal untuk diajarkan pada mahasiswa baik secara verbal maupun praksis. Kalau itu diterapkan, proses demoralisasi dan dehumanisasi anak bangsa akan berakhir.